Hi Guys :D

Selasa, 29 November 2011

Vaksin Polio


Vaksin Polio

Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan di Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak.
Dari semua golongan enterovirus hanya Poliovirus yang dapat dicegah dengan vaksinasi dan perlu ditekankan juga bahwa poliovirus hanya dapat dicegah dengan vaksinasi, memgingat resistensi Virus terhadap berbagai bahan kimia. Ada berbagai macam jenis vaksin Polio :
1. Vaksin SALK (memakai virus yang dilemahkan dengan formalin/IPV)
Merupakan vaksin yang pertama kali digunakan, diberikan secara intramuscular yang dapat menginduksi pembentukan Antibodi netralisasi untuk mencegah infeksi poliovirus. Di Indonesia, meskipun sudah tersedia tetapi Vaksin Polio Inactivated atau Inactived Poliomyelitis Vaccine (IPV) belum banyak digunakan. IPV dihasilkan dengan cara membiakkan virus dalam media pembiakkan, kemudian dibuat tidak aktif (inactivated) dengan pemanasan atau bahan kimia.

Karena IPV tidak hidup dan tidak dapat replikasi maka vaksin ini tidak dapat menyebabkan penyakit polio walaupun diberikan pada anak dengan daya tahan tubuh yang lemah. Vaksin yang dibuat oleh Aventis Pasteur ini berisi tipe 1,2,3 dibiakkan pada sel-sel VERO ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formadehid.
Selain itu dalam jumlah sedikit terdapat neomisin, streptomisin dan polimiksin B. IPV harus disimpan pada suhu 2 – 8 C dan tidak boleh dibekukan. Pemberian vaksin tersebut dengan cara suntikan subkutan dengan dosis 0,5 ml diberikan dalam 4 kali berturut-turut dalam jarak 2 bulan.
Untuk orang yang mempunyai kontraindikasi atau tidak diperbolehkan mendapatkan OPV maka dapat menggunakan IPV. Demikian pula bila ada seorang kontak yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah maka bayi dianjurkan untuk menggunakan IPV.


2. Vaksin SABIN (Virus hidup yang dilemahkan/OPV)
Merupakan vaksin yang digunakan sampai sekarang dan lebih disenangi karena selain cara pemberian yang lebih praktis yaitu dengan cara peroral juga efektifitas lebih tinggi daripada vaksin SALK, KarenA vaksin ini tidak hanya mencegah penyebaran virus melalui aliran darah ke sistem saraf pusat namun juga menghambat perkembang biakan dalam usus.
Vaksin ini terdiri dari 3 serotype poliovirus. Virus vaksin berkembang biak dalam saluran cerna (Polivalesin oral Trivalen) dan menimbulkan infeksi Subklinik. Valesin ini akan menginduksi zat pertahanan tubuh yaitu IgG (seperti kerja vaksin Salk) dan juga zat pertahanan tubuh IgA sekretorik kedalam usus.
Yang perlu diperhatikan, terutama untuk vaksinasi dengan vaksin SABIN adalah adanya infeksi salurang cerana oleh enterovirus yang lain saat pemberian dapat menyebabkan terjadinya interferensi sehingga infeksi subklinik yang ditimbulkan oleh virus vaksin akan terhambat dan ini akan menyebabkan terhambatnya pembentukan sistem kekebalan tubuh.
                                        
Imunisasi polio diwajibkan di Indonesia, yaitu saat anak lahir, dan selanjutnya diberikan tiga dosis berturut-turut dengan jarak 6-8 minggu. Di Indonesia, vaksin polio yang dianjurkan adalah polio hidup yang diberikan melalui mulut, dengan dosis 2 tetes (0,1 ml), bila dalam 10 menit dimuntahkan, maka dosis tersebut pelu diulang. Imunisasi polio yang disuntikan diberikan 0,5 ml subkutan dalam tiga kali pemberian berturut-turut dalam jarak 2 bulan masing-masing dosis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar